WANITA MANGGARAI MENUMBUK PADI
Ada
yang menarik kalau makan pasti ada nasi. Biasanya langsung disikat. Apalagi
kalau sedang kelaparan, plus sayur dan lauknya enak-enak. Saking enaknya sampai
tak peduli lagi dengan lingkungan sekitar. Pokoknya kunya habis sembari
menikmati kelezatan. Serasa dunia ini milik sendiri.
Jarang terjadi ketika sedang asyik
makan ada yang tanya. Sayurnya darimana? Dari kebun yang mana? Siapa yang
petik? Atau berasnya darimana? Yang nanam padi siapa? Dari sawa yang mana? Pertanyaan-pertanyaan
itu hanya untuk orang-orang yang kurang kerjaan. Anak alai bilang kegaulan dan
keponya berlebihan. Tapi apa juga salahnya sih kalau pertanyaan seperti itu.
Meja makan demokratis juga bukan?
Artikel ini mengajak untuk kepo dan
tidak sekadar makan. Mengajak untuk mengetahui riwayat nasi yang ada di piring.
Bagaimana perosesnya hingga menjadi nasi. Terutama bagi para perantau agar
diingatkan kembali proses menjadi nasi ini. Tentunya dimulai dari beras dan ada
pertanyaan lagi bagaimana menjadi beras. Proses menjadi beras ini ingin dishare
kepada teman-teman.
Disini tidak ajak bagaiman racauan
mesin-mesin giling yang dengan mudah menggiling padi menjadi beras. Pembaca
diajak untuk mengetahui bagaimana kerja lesung. Lesung memang jarang dipakai
saat ini. Lesung masi dapat dilihat di masyarakat tradisional. Di Flores
sepertinya masi banyak terutama di kampung-kampung.
Mereka memakai lesung untuk menumbuk
padi. Lesung adalah sebuah mesin sederhana. Terbuat dari kayu yang kuat dan
kekar. Pada bagian ujung atasnya dibuat lubang dengan pahat. Ukuran lubangnya
bervariasi. Didalam lubang itulah berbagai komoditi akan ditumbuk terutama padi
dan kopi.
Lesung tak sendirian karena harus
ada batang alu yang akan menumbuk. Alu ini akan menghujam keras ke dalam lubang
alu sehingga kulit padi terkelupas. Kulit yang terkelupas itu disebut sekam
sedangkan isinya yang menjadi beras untuk dimakan.
Menarik dari prose menumbuk padi adalah
bagaimana perjuangan ibu-ibu (Karena biasaya urusan menumbuk padi adalah
ibu-ibu). Peluh mereka berkuncur begitu derasnya. Tangan mereka menjadi kokoh
karena memegang batang-batang alu yang besar dan berat. Mereka adalah
wanita-wanita yang perkasa.
Penumbuk padi seringkali lebih dari
satu orang. Untuk itu mereka harus menghujam lesung dengan irama. Apabila tidak
mengikuti irama maka akan terjadi tabrakan. Tetapi wanita-wanita perkasa itu
cerdas. Mereka memahami irama sehingga membentuk keharmonisan. Irama-irama
lesung sangat menarik bila didengar di pagi dan sore hari.
Padi
yang sudah remuk itu akan di tuangkan di sebuah nyiru. Proses yang baru akan
terjadi lagi. Bulir-bulir yang sudah ditumbuk itu akan ditampi. Beras akan
dipisahkan dari sekamnya. Akan ada dedak juga yaitu serbuk halus dari kulit
padi tadi. Biasanya dijadikan pakan ayam atau babi.
Untuk
mengetahui lebih lanjut bagaimana menumbuk padi, silahkan pergi ke daerah
terutama di tanah Flores. Saya merekomendasikan pergilah ke Manggarai flores.
Akan ditemukan wanita-wanita yang perkasa nan cerdas itu bersama lesung dan
alu. Mereka jauh dari racauan mesin-mesin penggiling padi.***SALAM NUCA LALE***
Post a Comment for "WANITA MANGGARAI MENUMBUK PADI"
Show Your Mesage to Every Single People do Comment Here!